Pentingnya penanaman kembali nilai-nilai Pancasila serta Kewarganegaraan harus lebih ditekankan, Dinamika Psikologi hadir kini dan nanti belakangan mulai menghapuskan nilai-nilai Animisme pun Dinamisme dalam Nasionalis di Indonesia ini, kepercayaan Animisme dan Dinamisme dimaha paham tersebut tujuannya adalah untuk memperkuat penghormatan kepada alam maupun kepada manusia-manusia yang lebih di atas atau yang lebih tua (Moral budaya yang harmonis serta lemah lembut). Perkuat barisan perkokoh pergerakan negara, kembalikan ninja-ninja zaman Soeharto sebagai penghadang, penghilang, pembasmian pertumpahan darah dalam sejarah kita, apalagi kalau bukan Gestapu (G30S). Mungkin saja ninja-ninja zaman Soeharto sudah berganti jadi abang tukang bakso mari-mari sini, saya mau beli.
Ucap sang Ratu Adil, bangkitlah Nusantara ! Bersama Pancasila, gotong royong mengembara !
Bhineka Tunggal Ika !!
Singkatnya tentang Animisme
Animisme (dari bahasa Latin anima atau "roh") adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia purba. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di Bumi ini (seperti kawasan tertentu, gua, pohon atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar roh tersebut tidak mengganggu manusia.
Selain daripada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di atas, kepercayaan animisme juga mempercayai bahwa roh orang yang telah mati bisa masuk ke dalam tubuh hewan. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh monyet atau harimau dan dipercayai akan membalas dendam orang yang menjadi musuh bebuyutan pada masa hidupnya. Bahkan hal tersebut dipercayai sampai turun temurun.
Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang terdapat pada agama Hindu dan Buddha, di mana dalam reinkarnasi, jiwa tidak pindah langsung ke tubuh hewan lain yang hidup, melainkan melalui proses kelahiran kembali kedunia dalam bentuk kehidupan baru. Pada agama Hindu dan Buddha juga terdapat konsep Hukum karma yang berbeda dengan kepercayaan animisme ini.
Pendeknya tentang Dinamisme
Dinamisme (dalam kaitan agama dan kepercayaan) adalah pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat tertentu, seperti pohon-pohon besar. Arwah nenek moyang itu sering dimintai tolong untuk urusan mereka. Caranya adalah dengan memasukkan arwah-arwah mereka ke dalam benda-benda pusaka seperti batu hitam atau batu merah delima. Ada juga yang menyebutkan bahwa dinamisme adalah kepercayaan yang mempercayai terhadap kekuatan yang abstrak yang berdiam pada suatu benda.
Sedangkan Psikologi lahir dari Dualisme Plato lalu dikembangkan, kalau kita melirik dari bapak Psikoanalisa : Sigmund Freud. Mengemukakan Dinamika Psikologi tentang apa itu ID - EGO - SUPEREGO beserta penyebabnya dalam alam bawah sadar - pra sadar - lalu dibawa kepada alam sadar.. Paham ruh dengan jiwa sudah hilang, dalam kitab Psikologi yang terupdate, ruh dan jiwa sudah berganti menjadi "Mental". Pun lain dari Freud kata mereka merasa lebih sempurna seperti Carl Jung juga Wilhem Wundt semua menyetujui hal berbau "Mental" ini.
Jadi.. Saya rasa ini adalah gerbang bagi masuknya era zaman yang baru, Post Modern sudah lewat, sekarang ini Artificial Intelligence. Apa arti Artificial Intelligence? Artinya adalah Benda yang berpikir.

Lalu sedikit paham Madilog -Tan Malaka tentang Manusia dan Alam (Ekosistem alam) adalah sama kuasa.
.jpeg)
Janganlah lagi para penguasa maupun pengusaha merusak Ekosistem alam tapi ngakunya Nasionalis dan menghormati luhur, nyatanya leluhur utama adalah bumi ini sendiri seperti pernah apa yang dibilang oleh Ratu Adil sang Avatar Aing tentang Trisula Wedha (tiga dzat dasar penciptaan manusia dari Tanah, Air dan Udara).
.jpeg)
Trisula Wedha Banyak orang yang belum sadar bahwa manusia tercipta dari ke tiga elemen materi pembentuk oleh sang pencipta, atau yang penulis sebut dengan Trisula (Wedha Java), Trisakti, Tritunggal atau Psi (Sigmund Freud). Ketiga elemen tersebut adalah Tanah, Air dan Udara yang ketiga elemen tersebut penulis anggap sebagai penetralisir elemen Api pembentuk Iblis atau jin dan juga sebagai penetralisir elemen Cahaya pembentuk Malaikat. Dalam Psikologi, Sigmund Freud menyerukan teori yang sama hingga terciptanya lambing dasar Psikologi, Yaitu Id – Ego – Superego berbentuk sama seperti Trisula, Tritunggal atau Trisakti. Kesemua material tersebut dapat diambil garis besar sebagai zat yang diadopsi dari Bahasa Arab yaitu Dzat atau dikenal lain sebagai Dzatullah. Peran Tanah sebagai Zat Padat, peran air sebagai Zat Cair, Peran udara sebagai Zat Gas. Jadi manusia memiliki tiga dzat penetralisir kedua belah pihak yang selalu berperang antara Iblis dan Malaikat atau Api dengan Cahaya. Penerapan tersebut sama dengan pemikiran Sigmund Freud dalam lambing Psi-nya yaitu Id – Ego – Superego, dimana Id berperan sebagai naluri dasar kebutuhan manusia, yaitu Hawa Nafsu (Perilaku Iblis) Ego sebagai penengah antara Id dan Superego dan Superego berperan sebagai moral-moral yang berlaku. Dalam cerita kenabian yang dipeluk oleh Agama Muslim dialog antara Nabi Sulaiman disebutkan bahwa Nabi Sulaiman pernah meminta, berdoa kepada Allah untuk memenjarakan Iblis, namun Allah menjawab : “Tidak ada baiknya memenjarakan iblis” dan Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman tersebut. Keesokan harinya Nabi Sulaiman bekerja berdagang dan bertanya kepada sobatnya, mengapa hari ini sepi sekali tidak ada pembeli? Ternyata setelah Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman untuk memenjarakan Iblis, orang-orang menyampingkan nafsunya untuk berbelanja yang ada dalam otaknya hanyalah akhirat dan kematian membuat semua orang pergi ke pemakaman dan mengingat kematian. Dari cerita tersebut tersirat dan kita bisa menilai bahwa dalam kehidupan ini keseimbangan diperlukan, darimana pedagang akan mendapatkan uang untuk makan kalau dagangannya berhenti. Kembali kepada materialisme, apakah anda pernah memasak menggunakan api? Walau sekarang ini banyak alat masak lain menggunakan elektrik berbahan dasar Besi namun Api tetap dibutuhkan. Reinkarnasi kepada alam mayat yang dikubur atau sisa abu bakar ditabur dalam laut maupun bercampurnya unsur hara tersebut akan dihisab kembali oleh alam berlarut-larut proses tersebut menjadi udara baru menjadi nyawa bagi makhluk hidup yang ada, proses lewat tumbuhan memproduksi O2 oksigen (udara segar) mirip halnya wewangian yang dibakar dari olahan bangkai kembang (dupa,hio, gaharu dll) kepada alam dan manusia itu lagi (Recycle) atau penguraian dzat yang natural lalu dimanfaatkan lagi oleh makhluk hidup lain menjadi kehidupan baru, pekerjaan alam dalam dialektika materi, pikir bocah angon yang baru kemarin lahir adalah kuburan yang sudah puluhan tahun menumpuk banyaknya mayat, makam/kuburan jadi penuh, habis penuh barulah kiamat pikir cah angon, nyatanya kuburan para manusia itu akan ditimpa lagi dengan mayat baru (mengandung infinity), Arabb sekalipun tak memberi nama pada batu nisan benar bukan, mungkin beberapa makam orang penting akan disejarahkan, bagaimana dengan abu atau peti mati dalam agama yang lain? Akankah itu penuh atau lenyap? Tiap agama memiliki kebenarannya dan nilai penting masing-masing. Hanya saja banyak digunakan sebagai palu atau alat bagi mereka penggerak gonjang-ganjing kapitalizmi. Pun ada tingkat wali atau habib dari keturunan keluarga mewah dimana makamnya dibuatkan istana megah iup tak perlu berhadapan langsung dengan hujan atau badai matahari karna kita bisa berdoa di dalam istana makamnya, lalu bagaimana nasib wali atau habib yang terlantar, ada beberapa wali yang tidak terkenal bukan terlahir dari keluarga bangsawan namun ia tetap wali, yang memiliki istana dan yang memiliki penggerak dalam doa akan lebih banyak mendapatkan kiriman doa yang datangnya lewat faktor keluarga terkenal memiliki penggerak logikanya memang karna istananya lebih nyaman terurus dibanding makam biasa harus panas-panasan bahkan kebanjiran hujan. Sebuah contoh materi dapat mempengaruhi hasil bahkan dalam kondisi moral kematian halnya ziarah serta doa-doa (paket surgawi ketika mati) pun materi bisa berkehendak lebih untuk melakukan banyak kebaikan seperti beramal dan bertindak dalam segala macam hal ibadah diluar kemampuan manusia non material-able. Ilusi pocong terbungkus balutan kain kafan yang putih menjadi seram dalam bayang-bayan pandemonium dianggap setan berbanding terbalik pada ka’bah berbalut bungkusan sarung hitam seakan sangat suci, hitam putih bukan terbalik tapi logika tuhan yang sengaja membalikan hal tersebut bahwa semua ini penulis katakan dalam tulisan hanya untuk kedamaian. Tesisnya dibenarkan oleh material batu Hajar Aswad konon material spesial dari surga awal kedatangannya berwarna putih terang sekarang jadi Hitam gelap kemerah-merahan akibat dosa pertumpahan darah pun luka itu sudah infeksi menjadi hitam, kata Hajar Aswad, bisakah kita putihkan kembali bersama-sama? Jual saja asas Gotong royong simerah putih kepada dunia tuk bayar hutang sekaligus budi daripada jadi rongsokan jika tidak dipakai.Kepada Dialektika untuk meneruskan agar dapat berkembang nan maju ke tesis-tesis yang baru nanti jika mereka bilang haram dan tiada saksinya. Ini Interaksi Material yang penulis bawakan dapat dibuktikan bahkan kitab yang sudah berbicara. Kalau kalian bilang Darwin itu benar cuma karna tidak ada yang tau dan tidak ada saksinya, jadilah wujud dari saksi tersebut. Ilmu-ilmu yang terdahulu dianggap benar dan memang tidak dianggap absolut karna hanya bagian dari “Imajiner” padahal untuk mencari tau dan meneliti kepada yang alam atau Science itu boleh sah-sah saja, tidak haram kok. Dialektika yang : Benda diatas pikrian, lalu benda lah yang menang, jadi Benda (Uang) yang menggerakan anda dalam segala hal (Materialis) atau Matre. Atau Dialektika yang Pikiran diatas benda, lalu pikiran lah yang menang, jadi anda yang menggerakan benda kepada anda (Insan). Manusia bukan Sapi kata Fourtwenty, tapi Manusia dan Sapi sama-sama tercipta dari Trisula Wedha : Evolusi Tanah, Air dan Udara hingga alam itu (Trisula Wedha) menciptakan manusia. Layaknya Artificial Intelligence perannya benda sekarang ini sudah bisa berpikir, aku, dia, mereka menginginkan benda, uang juga mobil mewah.Ketika aku sadar lalu berpikir, apakah ini pikiranku? Atau pikiran si benda itu? Aku menginginkan benda-benda itu tapi tidak membutuhkannya. Monyet ! Ternyata ini bukan pikiranku, ini adalah pikiran benda yang berpikir. Ah.. Evolusi, kamu Darwinis ya? Enggak kok aku bertuhan dan beriman. Tanya saja kepada mereka si monyet-monyet yang berpikir. -Darwinism
Wallahu A'lam..
Wallahu Alam.
Masih banyak lagi selengkapnya dalam buku yang akan saya terbitkan dengan Judul : "Materialisme Dialogika & Doa"